Sabtu, 19 Maret 2011

trend corat coret

Apa yang bisa kita deskripsikan ketika kita melihat suasana meja kursi ruangan kampus kita? Ya, tentu saja meriah dan gemerlap. Meriah dan gemerlap yang dimaksud bukanlah karena mewah ataupun bersihnya ruangan kelas melainkan karena hadirnya grafiti-grafiti dari tangan usil yang beraneka ragam. Ada yang berisi nomor telepon, contekan ujian, ejekan, perkenalan, dsb. Coretan mulai dari kata-kata tidak pantas,kata-kata romantis atau coretan-coretan saat ujian berlangsung terpampang dengan jelas di bangku-bangku dan tembok-tembok kelas. Apakah ini cerminan mahasiswa Indonesia yang jorok dan bertindak yang seenaknya atau mungkin juga cerminan mahasiswa yang haus akan media untuk berekspresi? Kondisi seperti ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang akan berdampak pada semangat belajar karena tidak fokus untuk berkonsentrasi pada saat kuliah. Entah apa sebabnya, bagi sebagian orang, mencorat-coret sesuatu itu punya sensasi kepuasan tersendiri. Alasan yang paling mendekati sepertinya hanya demi mewujudkan eksistensi diri. Tidak hanya di dunia kampus, baru-baru ini seorang pengunjung gedung DPR ditahan pihak keamanan gedung karena aksinya mencoret tembok dan meja di depan ruang rapat Komisi III. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk kekecewaannya terhadap Komisi III DPR dan Kepolisian. Adalah Agus W Wully yang mengaku sebagai seorang pemerhati sosial yang peduli terhadap kondisi bangsa. Kedatangan Agus ke gedung DPR untuk memberikan surat laporan terkait sejumlah investor kepada Komisi III. Sebelumnya, Agus juga sempat mendatangi Istana untuk memberikan laporannya, namun pihak Istana menyarankan agar ia datang ke gedung DPR. . "DPR Kom3 + Gayus Polisi Homo, Polisi Buaya Bohong," demikian tulisan Agus di meja absensi. Sebelumnya yang tudak kalah menghebohkan adalah aksi artis senior, Pong Harjatmo, yang tenar di era 1980-an. Pong membuat ulah dengan melakukan aksi corat-coret gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta. "Jujur, Adil, Tegas," itulah yang ditulis Pong dengan cat semprot di atap berwarna hijau Gedung Kura-kura, tempat biasa digelar sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pong Harjatmo beraksi mencoret atap kura kura gedung DPR-RI Senayan untuk menyampaikan amanat hati nurani rakyat. Seperti itulah gambaran budaya corat-coret di negeri kita ini. Adakah solusi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar