Enzim terkadang membutuhkan kofaktor untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Kofaktor dapat berupa senyawa organik dengan berat molekul cukup tinggi atau ion logam (besi, magnesium, zinc, atau kalsium). Senyawa organik ini terkait pada bagian protein enzim. Apabila ikatan yang terjadi kendur dan tidak kuat maka kofaktor disebut koenzim dan apabila senyawa organik terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Keseluruhan bagian enzim disebut dengan holoenzim sedangkan bagian proteinnya disebut apoenzim.(1,3)
Struktur tiga dimensi beberapa enzim telah dipelajari dengan teknik high resolution X-ray diffraction yang kemudian menghasilkan tiga kelompok besar enzim yaitu enzim monomerik yang terdiri dari satu rantai polipeptida dan mengandung bagian yang aktif dari enzim tersebut, enzim oligomerik yang terdiri sekurang-kurangnya 2 atau lebih dari 60 sub unit yang terikat satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan yang aktif, dan sistem multi enzim yang juga disebut enzim pengatur.(4)
Enzim memiliki sifat yang sangat khas yaitu spesifik pada reaksi tertentu. Spesifitas yang pertama adalah enzim menunjukkan spesifitasnya yang sangat tinggi terhadap jenis reaksi dan substrat tertentu. Spesifitas enzim yang kedua adalah enzim mempunyai tenaga katalitik yang sangat besar dan dapat dibuktikan dengan kecepatan reaksinya yang dapat mencapai 1020 kali dibandingkan dengan reaksi tanpa katalisator pada pH dan suhu baku. Spesifitas tersebut dapat dimiliki enzim karena enzim memiliki sisi aktif yaitu sisi yang ada pada enzim yang dapat melakukan fungsi pengarahan, pengikatan dan katalisis yang terdapat pada protein. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas enzim antara lain: pH, suhu atau temperatur, inhibitor, kadar dan jenis substrat. Faktor-faktor tersebut mempunyai dua pengaruh terhadap enzim yaitu pengaruh terhadap struktur dan reaktivitas enzim.(1)
Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Saliva yang disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosodat α(1 4). Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan.(5)
Percobaan enzim amilum ini adalah suatu bentuk analisis yang ditujukan untuk mengetahui aktivitas enzim, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. amilase adalah sebuah enzim yang berfungsi untuk memecahkan ikatan glikosidik yang dimiliki oleh poliskarida, ikatan glikosidik yaitu ikatan khas yang terdapat pada karbohidrat (monosakarida, disakarida , dan polisakarida), dengan perombakan oleh amilase suatu bentuk polisakarida dapat dirubah menjadi bentuk intermedietnya yaitu disakarida.Amilase dapat dihasilkan di beberapa kelenjar eksokrin didalam tubuh, diantranya pankeras, dll.Prinsip kerja praktikum kerja enzim amilum ini adalah komparasi kerja enzim yang diberi perlakuan termal yaitu dengan pemanasan dengan enzim yang tanpa pemanasan, dan dalam pengamatannya perlakuan iod sebagai indikator pengaruh suhu terhadap kerja enzim setiap interval 5 menit sekali. Pada awalnya dilakukan pengambilan enzim amilase dari probandus dengan menggunakan larutan Sodium Klorida (NaCl), proses pengambilan enzim ini dilakukan dengan cara memasukan larutan NaCl dan kemudian probandus berkumur selam kurang lebih 5 menit, setelah itu campuran enzim dan NaCl tersebut dibagi keadalam dua tabung yang berbeda dengan kuantitas yang sama yiatu 2,5 cc campuran NaCl dan enzim untuk tabung A dan 2,5 cc campuran NaCl dan enzim untuk Tabung B. kemudian campuran yang berada di tabung A dipanaskan selama lima menit aliva encer tersebut kemudian ditambah setetes amilum dan larutan iodium sehingga terbentuk warna biru. Penetesan dilakukan secara berulang setiap lima menit sekali sampai terbentuk empat tetesan dalam cawan petri, sebenarnya disini suhu merupakan salah satu faktor penetu efesiensifitas kerja enzim , enzim pada dasarnya adalah senyawa biomolekular kompleks yang salah satu komponennya adalah protein yang akan mengalami perubuhan struktur jika dan fungsi jika diberi perlakuan pemanasan (denaturasi). Selain pemansan protein juga akan mengalami denaturasi dengan cara pemeberian asam kuat dan basa kuat juga proses agitasi mampu mengubah struktur protein yang merupakan komponen yang terintegrasi dalam enzim yang tentu saja akan mempengaruhi kerja enzim. sebaliknya suhu yang rendah mampu mengganggu kerja enzim, hal ini dikarenakan semua reaksi kimia khsuusnya yang berlangsung didalam tubuh memerlukan suhu optimum yang dipersyaratkan untuk terjadinya reaksi , karena suhu optimum ini akan membuat partikel-partikel atau molekul molekul substrat atau reaktan menjadi lebih cepat sehingga banyak terjadi tumbukan antar molekul substrat yang menghasikan produk, dan kerja enzim didalam reaksi biokimiawi adalah menurunkan energi aktivasi yang diperlukan oleh suatu substrat untuk mencapai keadaan transisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar